
Pernah merasa gemas saat seseorang meminta garansi trafik dari jasa content writer? Aku juga. Bahkan, tak jarang seorang SEO Specialist pun salah kaprah, menganggap bahwa tugas content writer adalah mendatangkan trafik sebanyak-banyaknya.
Padahal, realitanya tak sesederhana itu. Tugas content writer adalah menulis konten atau artikel yang bertujuan mengedukasi dan memberi informasi kepada pembaca, bukan mencari trafik! Content writer bertanggung jawab untuk membuat, mengelola, dan mendistribusikan konten, bukan menjadi mesin penghasil trafik instan.
Dalam artikel ini, aku akan membahas secara jujur dan mendalam soal tugas content writer yang kerap disalahpahami. Sebagai seseorang yang sudah lebih dari 7 tahun berkecimpung di dunia content writing sebelum akhirnya fokus mendalami SEO, aku cukup sering menyaksikan miskonsepsi ini terjadi baik di kalangan klien, tim digital marketing, bahkan sesama praktisi SEO.
Mulai dari bagaimana seorang content writer memproduksi konten untuk kepentingan konten marketing, hingga perannya dalam melakukan riset konten & kompetitor sebelum membuat konten yang relevan dan bernilai.
Kalau kamu seorang klien, praktisi SEO, atau bahkan content writer pemula, artikel ini akan membantumu memahami bahwa trafik adalah hasil dari kerja tim bukan semata beban seorang content writer.
Kita luruskan, apa tugas content writer sebenarnya?
Tugas content writer adalah menulis konten atau artikel yang bertujuan mengedukasi dan memberi informasi kepada pembaca bukan hanya agar dibaca, tetapi agar berdampak.
Tapi masih banyak yang mengira tugas content writer adalah mendatangkan trafik, padahal pekerjaan content writer memiliki peran strategist untuk mengkomunikasikan sebuah brand. Aku akan menjelaskan secara detail tanggung jawab dan peran strategist content writer.

Jika kamu sedang mengejar karir ini atau ingin memaksimalkan peran content writer dalam tim marketing, penting untuk memahami bahwa peran ini bukan sekadar menulis untuk mengisi ruang kosong, tapi tugas content writer jauh lebih strategis.
Seorang content writer memiliki tanggung jawab yang kompleks dan terhubung langsung dengan tujuan brand. Tugas utamanya meliputi:
- Membuat, mengelola, dan mendistribusikan konten yang relevan dengan kebutuhan audiens dan strategi brand.
- Memproduksi konten untuk kepentingan konten marketing, seperti blog, e-book, email, dan caption media sosial yang terarah.
- Melakukan riset konten & kompetitor agar konten yang dibuat tetap kompetitif dan bernilai tinggi.
- Membangun kredibilitas brand melalui tulisan yang informatif, solutif, dan selaras dengan identitas merek.
Aku pribadi merasakannya langsung saat menjadi SEO Content Lead di Doxadigital, ketika kami menangani salah satu brand global, yaitu IKEA. IKEA bukan hanya menjual furnitur, mereka menjual ide, inspirasi, dan pengalaman.
Mereka sangat hati-hati dalam mengkomunikasikan bisnis mereka. Ada guideline yang ketat, mulai dari tone of voice yang harus tetap hangat, lugas, dan membumi, sampai larangan menggunakan kata seperti โmurahโ karena bisa merusak persepsi kualitas yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Gaya penulisan kami harus efisien, tidak bertele-tele, dan selalu mengandung makna. Konten yang kami buat tidak bisa asal menulis harus ada ide, inspirasi, dan nilai yang bisa dibawa pulang oleh pembaca. Dari pengalaman itu, aku semakin sadar bahwa tugas content writer bukan hanya menulis konten, tapi membentuk persepsi dan menyampaikan nilai brand dengan cara yang halus namun bermakna.
Dengan kata lain, seorang content writer adalah penghubung antara pesan brand dan kebutuhan audiens. Menulis bukan tujuan akhir, melainkan alat untuk mengedukasi, menyampaikan informasi, serta membentuk persepsi positif terhadap brand.
Jadi masih mau beranggapan tugas content writer adalah untuk menghasilkan trafik? Jawabannya tentu tidak kan? Karena trafik adalah hasil dari banyak faktor yang saling berkaitan bukan hanya dari tulisan. Di balik sebuah konten yang ramai pengunjung, ada peran SEO Specialist yang mengatur struktur situs, optimasi teknikal, backlink strategy, analisis kompetitor, dan pengaturan keyword secara menyeluruh.
Jadi, ketika kamu hanya menilai content writer dari trafik, kamu sedang menyederhanakan kerja tim SEO yang kompleks. Bahkan, di banyak perusahaan, trafik adalah bagian dari KPI SEO Specialist, bukan penulis konten. Sekali lagi, tugas content writer adalah menyediakan konten berkualitas yang sesuai dengan strategi SEO bukan bertanggung jawab penuh atas hasil akhirnya.
Konten yang bagus tanpa strategi distribusi, optimasi teknikal, dan link building bisa saja sepi pembaca. Sebaliknya, strategi SEO yang rapi tanpa konten yang kuat juga tidak akan bertahan lama. Hal ini lah mengapa peran content writer dan SEO Specialist harus saling melengkapi, bukan dibebankan secara sepihak.
Apakah content writer harus menjamin trafik?
Jawabannya tidak sepenuhnya, tapi mereka punya peran penting. Seorang content writer bertanggung jawab untuk menciptakan konten yang berkualitas, relevan, dan informatif, yang bisa menjadi fondasi utama dalam strategi digital. Konten semacam ini memungkinkan hadirnya trafik namun tidak otomatis menjamin trafik akan datang.
Kenapa? Karena trafik bukan hanya hasil dari tulisan yang bagus. Trafik adalah hasil dari serangkaian elemen yang saling terkait seperti strategi SEO yang matang, distribusi konten, backlink, pengalaman pengguna di website, kecepatan loading, hingga algoritma mesin pencari yang terus berubah.
Jadi, kalau ada anggapan bahwa content writer harus menjamin trafik, itu artinya masih ada pemahaman yang kurang tepat soal bagaimana ekosistem digital marketing bekerja. Nah, di sinilah penting untuk dibahas kenapa banyak klien atau bahkan praktisi SEO sendiri bisa salah kaprah soal tugas content writer.
Kenapa Klien & SEO Specialist salah paham soal tugas content writer?
Banyak praktisi yang sering salah paham terkait tugas content writer karena sering melihat konten sebagai ujung tombak performa digital, banyak pihak langsung mengasosiasikan content writer dengan trafik, leads, hingga konversi. Padahal, ekspektasi ini tidak berdiri di atas pemahaman utuh terhadap ekosistem kerja digital.
Klien maupun praktisi SEO specialist sering menganggap writer sebagai satu-satunya sumber hasil, tanpa mempertimbangkan peran krusial dari SEO teknis, distribusi, dan bahkan desain UI/UX. Kesalahpahaman ini bukan hanya membuat tuntutan menjadi tidak realistis, tapi juga berdampak serius pada kesehatan mental dan kualitas kerja content writer itu sendiri.

Berikut ini beberapa faktor yang memicu salah kaprah tersebut:
- Visi yang belum selaras antar tim: Di beberapa kasus, tim marketing tidak memahami betul peran masing-masing. Misalnya, SEO specialist yang terlalu mendorong content writer untuk mengejar keyword ranking, tanpa memberikan dukungan teknis, riset kompetitor dan pembuatan content brief yang jelas dan layak.
- Klien terlalu fokus pada hasil instan: Banyak klien menganggap artikel harus langsung mendatangkan trafik. Padahal, konten yang edukatif, bernilai, dan menyampaikan pesan brand butuh waktu untuk membangun kredibilitas di mata audiens maupun mesin pencari.
- Tidak adanya edukasi tentang tugas lintas peran: Tanpa komunikasi dan edukasi yang baik, tidak sedikit praktisi SEO specialist salah kaprah dalam mengukur kinerja writer, sementara writer juga kebingungan menyesuaikan ekspektasi karena kurangnya arahan yang jelas.
- Miskonsepsi soal SEO: SEO bukan hanya soal keyword dan tulisan panjang, melainkan gabungan antara strategi, teknikalitas, kualitas konten, hingga bagaimana konten itu terdistribusi secara konsisten. Ketika salah satu elemen ini tidak diperhatikan, performa pun sulit optimal dan writer bukan satu-satunya faktor.
Kesalahpahaman seperti ini bukan hanya merugikan content writer, tapi juga merugikan performa digital brand itu sendiri. Maka dari itu, penting untuk mulai mengevaluasi “apa sebenarnya yang harus diukur dari pekerjaan content writer?”
Mari kita bahas di bagian selanjutnya.
Apa yang harus diukur dari pekerjaan content writer?
Seharusnya content writer diukur berdasarkan dampak tulisannya terhadap performa konten secara keseluruhan bukan semata-mata dari jumlah artikel yang ditulis atau trafik semata. Ukuran seperti kualitas tulisan, readability, CTR, dan time on page jauh lebih relevan karena mencerminkan seberapa efektif tulisan tersebut menjawab kebutuhan audiens dan mendorong aksi.
Selain itu, content writer juga perlu dinilai dari sejauh mana mereka mampu mengikuti guideline yang diberikan oleh klien. Kepatuhan terhadap brief, konsistensi tone of voice, dan akurasi terhadap informasi yang diminta juga menjadi indikator penting, karena hal ini mencerminkan profesionalisme serta kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan brand atau bisnis yang berbeda-beda.
Click-Through Rate (CTR) misalnya, menunjukkan seberapa efektif penulis dalam menarik perhatian di SERP. Judul dan meta description yang relevan dengan search intent akan mendorong klik lebih tinggi. CTR yang rendah bisa menjadi sinyal bahwa tulisan tidak cukup menggugah sejak awal.

Mengakses CTR cukup mudah, kamu bisa menggunakan Google Search Console.
Time on Page juga penting. Jika artikel dibaca hanya 10โ15 detik, besar kemungkinan pembaca tidak menemukan nilai di dalamnya. Sebaliknya, waktu tinggal yang lebih panjang menunjukkan bahwa pembaca menemukan jawaban dan merasa kontennya bermanfaat.
Scroll Depth memberi gambaran seberapa jauh pembaca tertarik untuk terus membaca. Kalau pembaca hanya bertahan sampai setengah artikel, bisa jadi kontennya terlalu datar. Penambahan ilustrasi, storytelling, atau CTA yang relevan bisa mendorong pembaca untuk terus scroll.
Terakhir, Pages per Session menunjukkan bagaimana tulisan mendorong pembaca untuk menjelajahi konten lain. Ini bukan hanya soal menulis artikel yang bagus, tapi juga mengarahkan pembaca ke halaman berikutnya melalui internal link yang tepat dan struktur konten yang mendukung.
Semua metrik ini menjadi bagian penting untuk mengukur pekerjaan content writer, karena mereka menunjukkan apakah seorang penulis hanya menyelesaikan tugas menulis atau benar-benar memberikan nilai yang terukur bagi brand.
Jadi trafik adalah kerja tim, bukan hanya tugas content writer
Sering kali, ketika trafik tidak kunjung naik, jari langsung menunjuk ke content writer. Padahal, membangun performa digital bukanlah tugas satu individu tapi kerja tim. Baik itu SEO specialist dan content writer, semua punya peran strategis. Agar kolaborasi berjalan efektif, penting untuk menyamakan ekspektasi tim dan membangun pengetahuan bersama sejak awal proyek.
Ekspektasi yang jelas membantu setiap pihak memahami kontribusinya, menghindari miskomunikasi, dan membentuk hubungan kerja yang saling support. Sementara itu, pengetahuan yang dibagi bersama menjadi fondasi untuk kerja sama jangka panjang dan memudahkan tim dalam menghadapi tantangan digital yang terus berubah.
Pada akhirnya, trafik adalah hasil dari sistem yang saling terhubung bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi siapa yang mau bergerak bersama. Jika kamu adalah bagian dari tim konten, jangan lupa untuk memahami peran satu sama lain adalah langkah pertama menuju hasil yang besar.
Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang Eriga, berdiskusi seputar SEO content, atau menjalin kerja sama, silakan kunjungi halaman Experience untuk melihat pengalamanku di bidang ini. Dan jika tertarik bekerja sama atau sekadar ingin ngobrol santai, kamu bisa langsung menuju halaman Contact. Aku akan dengan senang hati menyambut koneksi baru!